Sabtu, 03 Januari 2009

Laporan dari Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Bakalan di Perluas Sekitar 100.000 Hektar

Laporan dari Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)
Bakalan di Perluas Sekitar 100.000 Hektar

TNTN - Untuk menjadikan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) sesuai dengan sebuttannya, pemerintah Pusat, Pemerintah Riau dan Kabupaten Kota Se-Riau menyetujui perluasan hutan TNTN sekitar 100.000 hektar.

Demikian disampaikan Drh Hayati Suprahman Kepala Balai TNTN di Pelalawan. Menurutnya, alasan untuk diperluaskan TNTN yang pada saat ini hanya tinggal sekitar kurang lebih 39 ribu hektar lagi. Besar kawasan ini sangat tidak cocok untuk kehidupan aneka flora dan fauna.

"Untuk satu ekar gajah saja, dibutuhkan sekitar 200 hektar lahan, untuk kurang lebih 39 ribu hektar berapa ekor yang bisa di tampung," jelas Hayati.

Dengan adanya kondisi seperti ini, menyebabkan terjadinya kerawanan bagi semua kehidupan peradaban. Tapi yang dikhaatirkan kerawatan konflik dengan manusia."Banyak pemberitaan yang menyebutkan gajah merusak rumah, tanaman yang dimiliki dipertenggahan kampung, ini semua akibat tidak adanya tempat bagi para gajah itu tinggal," jelas Hayati.

Belum lagi, dengan kehidupan yang lainnya. Sebagai manusia yang membutuhkan hutan, sangat diperlukan dalam mengingat suhu dunia semakin panas. Belum lagi masalah lainnya."Semua itu membutuhkan lahan yang cukup luas," papar Hayati.

Kawasan Tesso Nilo memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Indeks kekayaan jenis tumbuhan : 911 ditemukan 218 spesies tumbuhan vascular di petakan 200 m2. Ditemukan 215 jenis pohon dari 48 family, dan anak pohon 205 jenis dari 56 family. Sekurang-kurangnya ada 14 jenis pohon dilindungi dan terancam punah masuk dalam Red Data Book IUCN antara lain :
Kayu batu (Irvingia malayana), Kempas (Koompasia malaccencis), Jelutung (Dyera polyphylla), jenis-jenis Sindora sp, Kulim (Scorodocarpus borneensis, Tembesu (Fagraea fragrans), Gaharu (Aquilaria malaccensis), Ramin (Gonystylus bancanus), Maranti-merantian (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus spp) dan jenis durian (Durio spp).

Ditemukan 82 jenis tumbuhan obat. Terdapat 23 jenis mamalia, 18 jenis dilindungi, 16 diantaranya rawan punah. Terdapat 107 Jenis Burung (29% dari tabel jenis burung di Sumatera yaitu 397), 50 jenis ikan dari 31 genera, 16 family dan 4 ordo, 15 jenis reptilia, 18 jenis amphibia dan beberapa jenis serangga dari 11 ordo.

Melindungi habitat (kawasan) merupakan metode yang paling efektif untuk melindungi keanekaragaman hayati. Luasan kawasan yang memadai diperlukan untuk menjamin kehidupan beserta keanekaragaman hayati tersebut. Tesso Nilo merupakan daerah aliran Sungai Kampar dan merupakan daerah tangkapan air dengan memiliki beberapa anak sungai dan sungai besar yang bermuara di Sungai Kampar.

Karena itulah, diharapkan kepada masyarakat luas untuk dapat mendukung upaya yang perluasan kawasan TNTN ini. Terutama masyarakat yang berada dekat dengan kawasan TNTN ini."Karena itulah sejak 19 November sampai 28 November 2008 mendatang, kita bersama dengan tim yang telah dibentuk melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat yang berada di kawasan TNTN," jelas Hayati.

Sebab program peluasan TNTN, bakalan dilaksanakan pada awal Desember 2008 mendatang, sehingga target kawasan TNTN yang representatif bisa tercapai.

(Malik)


------------------


Tim TNTN Lakukan Sosialisasi
Dari Masyarakat Sampai Tingkat Kecamatan

TNTN - Dengan memperhatikan arahan Gubernur Riau, Direktur Konservasi Kawasan, Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan, paparan Kepala Balai TN Tesso Nilo (TNTN), serta memperhatikan diskusi yang berkembang baik di DPRD Tingkat I dan Tingkat dua, beberapa diskusi LSM pemerhati masalah lingkungan hidup. Maka ditetapkan sejak tanggal 19 November 2008 sampai dengan 28 November 2008, untuk dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di Sekitar TNTN sendiri.

Ketika Metro Riau turun langsung, dapat diketahui bahwa hutan TNTN telah banyak yang rusak, dibakar dan diambil alih oleh masyarakat pendatang yang mengatas namakan perusahaan. Memang kawasan TNTN sendiri, masuk kedalam di wilayah PT Nanjak Makmur seluas 48.370 Ha dan PT Siak Raya seluas 18.812 Ha.

Memang didalam pelaksanaan sosialisasi kelapangan, banyak sekali hambatan yang dirasakan tim. Mulai dari masyarakat enggan untuk menemui tim, sampai kepada adanya aksi penghadangan yang dilakukan warga atas suruhan orang lain."Kita tetap melakukan sosialisasi dan pencarian data langsung kelapangan, ini sebagai bahan untuk kedepannya," kata Drh Hayati Suprahman Kepala Balai TNTN di Pelalawan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perambah hutan yang berada diwilayah TNTN sendiri, kebanyakkan tenaga kerja itu tidak berasal dari Riau, tetapi dari Medan dan Nias atau daerah dimana angka kemiskinan dan kebodohan itu berada. Sebab mereka bekerja tidak melihat kepada resiko."Kami mendapat kerja sesuai dengan pesanan," ujar Supuli pekerja dari Nias.

Makanya ketika tim meminta mereka menjelaskan milik siapa lahan yang dikerjakan, mereka lebih banyak bungkam. Yang penting, mereka bisa bekerja setiap hari disana.

Setelah dilakukan sosialisasi kepada semua unsur elemen di wilayah TNTN, pada Awal Desember 2008 nanti, Tim yang terdiri dari LSM pencinta lingkungan, Dinas Kehutanan pusat, tingkat I dan II, Polisi Hutan, dan dari Yayasan Taman Nasional Tesso Nelo (TNTN) langsung mencalankan tugas untuk perluasan lahan.

"Kita akan melakukan pembersihan dari rumah penduduk yang masuk kedalam kawasan TNTN," jelas Suprahman. Untuk tahun 2008 dilakukan tata batas sepanjang 36 km (bagian barat dan selatan) dan untuk tahun 2009 diharapkan bisa melanjutkan tata batas untuk bagian timur.

(Malik)


----------------------------------------------

TNTN Di Jadikan Sebagai Lokasi Riset

TNTN - Dengan diperluaskan lahan TNTN, manfaat yang dapat diperoleh masyarakat sangat banyak sekali, khususnya masyarakat yang berada/tinggal di sekitar kawasan, berupa kenyamanan hidup yang lebih berkualitas karena berada di dalam lingkungan yang lebih sehat dan seimbang secara alamiah.

Diantara manfaat yang dirasakana adanya Rekreasi dan ekowisata di dalam kawasan TNTN dapat dikembangkan, kegiatan rekreasi bersampan di sungai, ekowisata mengamati satwa liar. Seperti burung-burung dan mamalia, dan kegiatan-kegiatan “tantangan” dengan memanfaatkan tegakan-tegakan pohon yang ada.
Adanya kegiatan rekreasi dan ekowisata ini dapat menimbulkan multiflier efek yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

Memperoleh devisa dari kemampuan vegetasi menyerap karbon / zat asam arang (CO2). Di era yang menunjukkan adanya perubahan iklim yang nyata ini, perhatian dunia internasional terhadap perlunya menjaga dan memelihara hutan yang tersisa di muka bumi ini meningkat. Tersedia insentif bagi Negara-negara yang berupaya melestarikan kawasan hutannya melalui berbagai skema, misalnya, debitur di Nature Swap( pertukaran utang dengan alam), carbon Trade yang dapat meningkatkan devisa.

Pengawetan Iklim – Iklim lebih nyaman, komunitas tumbuhan sangat penting dalam mengatur kondisi iklim lokal, regional bahkan global. Pada tingkat lokal pepohonan memberi keteduhan dan menahan air, sehingga dapat mengurangi temperatur lokal seperti: cuaca panas, tumbuh-tumbuhan adalah paru-paru hijau dari planet bumi, mengakses oksigen yang disebutkan oleh kehidupan.

Pemanfaatan secara Lestari Hasil Hutan Bukan Kayu, seperti madu dan buah, sejak lama, sebagian masyarakat di sekitar kawasan telah memanfaatkan pohon sialang sebagai tempat sarang lebah madu, yang secara berkala sarang tersebut di panen untuk diambil madunya. Apabila keberadaan pohop-pohon sialang itu dapat dipertahankan/dipelihara – kesinambungtan lebah madu dapat terjamin.

Manfaat “nilai pilihan’ dari keanekaragaman hayati – nilai guna langsung dan tak langsung dimasa yang akan datang. Suatu saat dimasa depan masyarakat men jenis-jenis tertentu untuk perbaikan genetik tanaman pertanian melalui Persilangan. Perbaikan ini ini diperlukan tidak hanya untuk meningkatakan hasil panen tetapi juga untuk melindungi dari hama dan penyakit.

Nilai Pendidikan dan ilmiah. Kegiatan-kegiatan pendidikan dan research ilmiah di dalam kawasan dapat menciptakan multiflier efek bagi masyarakat sekitar, misalnya pengembangan stasiun pengamatan satwa atau stasiun penelitian dapat memberi manfaat ekonomi bagi penduduk sekitar. Produk-produk hasil penelitian di dalam kawasan juga akan berpengaruh terhadap ekonomi untuk dari program pendidikan menggambarkan mulai berguna, non-konsumtif dari kawasan dan keanekaragaman hayati.

(malik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar